Wednesday, March 30, 2011

NoL

Sakit ku, penatku, lelahku, berwujud merah karena marah. Aku lelah.. sangat lelah.. aku berharap pagi belum lagi mulai Tapi Fajar mulai membias penuh malu pun tanya Haruskah matahari bersinar hari ini.. Atau biarkan saja malam terus membayangi.. Langkah kaki ini meski berat, masih harus berjalan Meski harus terseret ruang waktu karena jauh Meski haus mencekat karena lelah dan letih Kuseret kaki ku, satu, dua, tiga, nol, satu, dua, tiga, nol Tuhanku, Sang Maha Tinggi.. Berkali-kali aku kembali di titik nol.. Mungkin juga pernah minus.. Marahku pun membias Entah kenapa, entah kepada siapa.. Mungkin kepada lelah, mungkin kepada penat, mungkin kepada sakit Aku terdiam di satu titik. Nol.

Wednesday, March 09, 2011

Alif is going to school this year


Alif is going to school!!


Yes.. my Alif will be going to school this year. July 11, 2011 will be the first day for Alif going to school. Unfortunately mamanya ga bisa temenin Alif and anter Alif kesekolah di 1st day nya Alif.

Tanggal itu mama masih ada di Jepang untuk Kerja.


Tapi ga apa-apa yah nak.. Alif-ku hebat..disaat anak-anak seumurnya dia masih manja-manja sama mama papanya, Alif dah tau kalo kondisi mama papanya yang ga bisa sama-sama dan Mamanya yang harus kerja jauh dari Indonesia, Alif tetep jadi anak pemberani.. Alif tetap jadi anak yang ceria..


Yang pasti, doa dan sayangnya mama menyertai Alif.. Be good and be brave kiddo, I am so proud of you!.. I love you Alif..


From Zero to Hero

Hidup itu misteri. Misteri yang jumpalitan. Sepertinya baru kemaren aku meyelesaikan 9 bulanku di Papua, hari ini 18 hari sudah aku kerja di Yokohama, Jepang. Sudah 18 hari yang melelahkan mental, pikiran dan perasaan, artinya sudah 18 hari juga aku kembali hidup terpisah dengan satu2nya anak kecil yang menyita perasaan dan pikiran aku sejak nyaris 4 tahun yang lalu, anak-ku, Alif.

Alifku, luar biasa. Tak pernah berhenti syukur aku panjatkan kepada Allah SWT untuk memberikan Alif dalam hidupku. Alif yang aktif, Alif yang menyenangkan, Alif yang menggemaskan, Alif yang juga jadi tempat aku mencurahkan rasa sayang dan cintaku, dan sesuai namanya Alif, selalu jadi yang pertama buat hidupku..

Tapi rupanya ada rencana Allah SWT yang tak pernah bisa diketahui, ada kehendakNYA yang tak terbayangkan, perpisahan sementara kembali terjadi, Aku dihadapkan pada tugas 2 tahun di Yokohama, Jepang. Selama 2 tahun tentunya ada cuti yang berhak aku dapatkan. Setiap 8 bulan sekali, aku berhak mendapat jatah pulang kampung.

Dan, seperti dugaan sebelumnya, berada jauh dari Alif terasa seperti ada sebongkah lubang besar dalam hatiku, kosong, hampa, perih, pedih. Aku berada di titik nadir rindu. Meski sudah aku bayangkan sebelumnya, dan sudah seperti dugaan, tapi rasanya tak bisa digambarkan..
Pedih ini tak bisa dilukiskan, rindu ini tak terberujung, penantian panjang tak terelakan. Menuju 8 bulan pertamaku, aku seperti menyeret waktu, berat, lama, lelah dan segala bentuk "penderitaan' fisik lainnya. Mauku hanya satu, Aku ingin pulang. Aku ingin Alif-ku, Aku ingin menciumnya, Aku ingin berkumpul kembali dengan Alif. Hanya itu mauku.

Tapi bukankah hidup bukan hanya "mau-ku" bukankah hidup itu bukan "kehendak-ku"

Lantas, 18 hari aku mencari apa rencana Allah atas hidupku, atas hidup anakku, jujur sampai hari ini tak juga kudapat apa rencanaNYA, belum bisa kusibak apa misteriNYA, mungkin aku hanya "sibuk" menangis dan menangis sambil mengutuki diri, "ibu macam apa aku", meninggalkan Alif sedemikian lama "hanya" untuk kerjaan, ... yah, sinisme beberapa orang kembali bermunculan di kepalaku, "hanya untuk kerjaan (baca : uang) .." lalu aku semakin larut dalam pedihku.. seburuk itukah aku?

Tapi semakin aku mengutuki diriku, semakin aku merasakan penderitaanku, semakin berat waktu, semakin berat bebanku, semakin berat kuseret hidupku. Lalu tak ada yang kudapat selain hanya, sakit, pedih dan perih ...lagi..dan lagi.. dan ini semua harus segera diakhiri

Semalam, saat harus pulang kantor menuju apartemen seorang diri, aku nyaris kembali menangis, aku tidak suka sepi, aku benci sendiri, aku nyaris menangis, tapi... rupanya Allah SWT menguatkan aku saat itu, saat aku mau mulai menagis, aku teringat satu kata : IKHLAS

Mengikhlaskan dan memasrahkan apa yang terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi, dan ajaib, aku tak jadi menangis, aku belajar mengikhlaskan apa yang terjadi, belajar merelakan apa yang terjadi, belajar memahami bahwa segala sesuatunya terjadi atas kehendakNYA, bukan mau ku tapi MauNYA, bukan inginku tapi inginNYA, dan aku merasa lepas. Memang diatas kertas 2 tahun aku di Jepang, tapi siapa yang bisa tau rencana Allah 5 menit kedepan. Lalu ku coba rubah pola pikirku, aku mulai pasrah pada kehendakNYA

Ya Allah, aku berterima kasih untuk setiap pelajaran penting dalam hidup, aku berterima kasih untuk setiap pembelajaran dalam hidupku, aku yakin, bukan hanya aku yang belajar, Alif-ku pun belajar, aku bersyukur anak kecilku sudah belajar untuk menjadi mandiri, belajar untuk mengerti dan merasakan bahwa walau dengan cara yang berbeda, cinta mamanya luar biasa besar untuknya, meski tak akan bisa melampaui besarnya cinta Allah kepadanya, dan apapun yang mamanya buat untuk Alif hanya karena Allah.. bukankah semua hal yang ada di langit dan di bumi hanya milikNYA, dan jika perpisahan sementara ini terjadi pasti juga karena kehendakNYA

Lalu, aku yakinkan diriku, bahwa perjuangan ku tak boleh lagi sia-sia, sinisme orang2 di sekelilingku kuanggap seperti penonton sepak bola yang hanya bisa bicara tapi tak pandai menggiring bola bahkan tak mengerti soal bola, kali ini, semangat perjuanganku, memang belum menggelora, memang belum besar, tapi pelan dan pasti aku mau berusaha sekuat tenagaku, bahwa, meski aku ini cengeng, aku ini rapuh, aku tetap berusaha untuk menjadi sesuatu buat anakku. aku, lah "from zero to hero" buat anakku, Alif.

Gambatte!!