Friday, November 14, 2014

Ternyata menjadi kita… tak pernah semudah yang aku kira

Ternyata menjadi kita tak semudah aku kira. Ternyata menjadi kita, lengkap adanya. Air mata, tawa, bahagia, suka, duka. Ternyata menjadi kita tak semudah yang aku kira. Ternyata menjadi kita melahirkan jutaan cerita bermakna. Kamu yang mendua.. aku yang tersiksa. Kamu yang tertawa.. aku yang penuh air mata. Kamu yang bermain cinta … aku yang menderita. Ternyata menjadi kita… tak pernah semudah yang aku kira

Friday, April 04, 2014

Kehilangan

Siapa orang yang tidak pernah merasakan kehilangan. Maka jawabnya adalah tidak ada. Dari mulai kehilangan dompet, handphone sampai kehilangan orang yang kita cintai. Kehilangan selalu tanpa rencana. Pastinya. Meskipun sesuatu tersebut sudah erat kita jaga, nampun jika Sang Maha berkehendak lain maka, tak ada yang bisa mencegah hal itu terjadi. Ada yang bilang seperti menggengam pasir, semakin erat pasir di pegang tetap akan menhilang keluar dari jari2 tanganmu. Lalu, apa artinya kalo pasir di biarkan maka tidak akan menghilang? Well, in my opinion, bisa saja, jika ada angin yang bertiup hebat ke arah telapak tanganmu, maka terbanglah pasir dari telapak tanganmu. Lantas bagaimana menjaga agar kita tidak kehilangan. Tidak ada jawaban yang pasti. Karena dalam hidup memang tidak ada yang pasti. Lalu bagaimana dengan teori tarik ulur layang-layang? Semakin kuat benang di pegang maka semakin besar kemungkinan akan putus, namun jika terlalu lemah di pegang mungkin bisa saja lepas tertiup angin. Sepandai-pandainya kita menjaga terbangnya layang-layang, akan ada factor X yang bisa saja membuat layang-layang kita terbang atau lepas atau hilang. Hm… rumit yah, untungnya pasir atau layang-layang itu benda mati. Yang artinya kalo pun hilang atau lepas bisa di cari lagi…lantas bagaimana jika kehilangan seseorang. Yang pasti efeknya akan lebih dahsyat dari kehilangan benda. Stress, depresi, trauma. Lalu bagaimana mencegah itu terjadi? Sekali lagi tidak ada jawaban yang pasti. Selain rasa cinta, komitmen dan doa terhadap pasangan. Karena cinta yang membuat sebuah hubungan bertahan dan berjalan. Klise memang, tapi begitulah adanya. Di butuhkan sebuah komitmen yang dahsyat di atas pondasi sebuah cinta yang kuat beratapkan dan berdinding doa-doa. Ironisnya (atau malah pathetic) seseorang yang pernah merasakan kehilangan akan menghasilkan pribadi yang menjadi takut akan kehilangan atau menjadi kebal akan kehilangan Hm, apapun pilihannya just remember what goes around comes around. Ketika kita sudah melaksanakan tugas menjaga komitmen, cinta dan doa maka yakin kalau Allah, pasti bekerja dengan caraNYA untuk menjaga kita dari (kesedihan) akan rasa kehilangan. Dan bahagialah mereka yang bisa setia atas nama komitmen, cinta dan doa.. Pada akhirnya, (rasa sedih) akan kehilangan adalah “Cuma” sebuah rasa, sama seperti rasa lapar dan haus yang pada masanya akan terselesaikan, dalam waktuNYA dengan caraNYA just remember what goes around comes around.

Friday, March 07, 2014

Our Love Story

“bun, udah lama kamu ga nulis blog. Aku mau dong di tulis di blog kamu. Kan skarang aku sudah jadi suamimu”.. Aku mendengar request suamiku dan terdiam, tersenyum dan menjawab.. “buya mau, iya Inshaa Allah, nanti bunda tulis soal buya yah” Ini bukan semacam hutang menulis kepada suamiku, Fariz Adithya, karena di tulis atau tidak di dalam blog, aku yakin, suamiku tak pernah memaksakan kehendaknya untuk ada di dalam blog ku hehehe.. tapi buat aku adalah kebanggan tersendiri bisa menulis kisah hidupku yang lain, setelah perjuangan ku selama 6 tahun menjadi seorang single parents, dan kali ini Allah memberikan rejekinya kembali kepadaku, untuk bisa kembali menjadi seorang istri. Dan lalu, ingatan ku memutar kembali bagaimana kami berkenalan. Kami kenal melalui wadah sebuah komunitas bernama Indonesia Single Parents (ISP). Sebuah komunitas yang aktif di dunia maya dan juga nyata. Terdiri dari para single parents dengan latar belakang yang berbeda. Singkat cerita, waktu awal melihat sosok suamiku dalam sebuah foto yang meliput event ISP, tidak pernah terlintas laki-laki itu akan menjadi suamiku. Aku, tidak tertarik, tidak jatuh hati, tidak simpati dan mencibir : oh, Cuma seperti ini laki-laki yang bernama Fariz. Jauh dari tipe idealku untuk sosok seorang laki-laki Waktu berganti, hari berlalu, menit berjalan, detik berubah. Aku di invite oleh seseorang teman di dalam BBG dari ISP, ternyata di situ ada Fariz. Aku, tidak akan memulai perkenalan dengan seseorang laki-laki. Kalau laki-laki itu berniat berkenalan maka dia yang akan menghampiri ku. Dan itu terjadi, suatu hari Fariz meng-add PIN-ku dan mulailah kami berkirim BBM. Alasan Fariz mengadd PIN BB-ku saat itu adalah karena talenta yang Allah berikan kepada ku, sehingga aku diberikan gift untuk membaca pikiran seseorang dan apa yang dia rasakan, serta masa lalu orang itu. Awalnya hanya berisikan curhat Fariz mengenai kondisi rumah tangganya saat itu yang diambang perceraian. Seperti layaknya seorang teman, aku memberikan supportku kepada Fariz untuk bertahan dan mempertahankan rumah tangganya. Dari sering BBM menjadi sering telp. 22 Januari 2013, kami bertemu pertama kali. Dan di pertemuan itu pun, aku masih tidak mengira bahwa kami akan menjadi semakin dekat. Di susul pertemuan berikutnya tanggal 26 Januari, lalu di bulan Febuari. Fariz semakin mendekat kepadaku. Hingga suatu saat.. “ gw menyerah ra, semua saran yang lo kasih sudah gw ikutin, tapi istri gw tetep kekeuh cerai. Gw akhirnya mengiyakan. Dan karena lo sudah tau siapa gw, sudah tau gw seperti apa, kenapa ga lo ajah yang sama gw. Tunggu gw selesaiin ini semua” “hah? Gw? Kok gw, kenapa gw? “ya atau tidak ra” ? “hah?” “tunggu gw” Dan Fariz membuktikan ucapannya. Dia menyelesaikan semua urusan perceraiannya. Sementara di sisi lain, kami semakin dekat. Tidak ada 1 hari terlewat tanpa bertukar kabar. Hingga kedua orangtua-ku mempertanyakan arah hubungan kami. July 2013, Fariz resmi memintaku kepada kedua orangtuaku. Menghadap Papa mama seorang diri, karena kedua orang tua Fariz sudah meninggal. Papa mama meminta pernikahan di percepat demi kenyamanan semua pihak. Fariz mengamini. Augustus 2013, saat kami liburan ke Jogja, Fariz juga ikut bersama. Saat itu semakin mendekatkan kami. Hingga akhirnya sepulang dari Jogja, kami menentukan tanggal 2 November 2013 sebagai hari pernikahan kami. 2 November 2013. Semua kami kerjakan sendiri, dengan biaya seadanya dan hanya mengundang saudara-saudara dekat dan beberapa orang kerabat dekat, kami menikah secara resmi, bertempat di Pendopo Kemang, di hadapan penghulu, dengan papaku yang kembali menjadi wali nikahku ,akhirnya kami resmi menjadi suami-istri. Acara sungkeman mengharu biru. Aku di dampingi papa-mamaku dan suamiku didampingi bude-pakdenya. Sungkem kami kepada kedua orang tua kami, memohon doa restu agar rumah tangga kami kali ini mendapat ridhoNYA dan di jadikan rumah tangga yang sakinah mawadah dan warohmah. Niat kami tulus menikah untuk ibadah. Dan kami berjanji akan bertahan hingga salah satu dari kami mengucap Inalillahi untuk yang lain. Semoga kali ini Allah menjaga rumah tangga kami penuh berkah, rahmat dan hidayahNYA dan menjadikan rumah tangga kami, Sakinah Mawadah dan Warohmah, selamanya. Aamiin.