Friday, March 07, 2014

Our Love Story

“bun, udah lama kamu ga nulis blog. Aku mau dong di tulis di blog kamu. Kan skarang aku sudah jadi suamimu”.. Aku mendengar request suamiku dan terdiam, tersenyum dan menjawab.. “buya mau, iya Inshaa Allah, nanti bunda tulis soal buya yah” Ini bukan semacam hutang menulis kepada suamiku, Fariz Adithya, karena di tulis atau tidak di dalam blog, aku yakin, suamiku tak pernah memaksakan kehendaknya untuk ada di dalam blog ku hehehe.. tapi buat aku adalah kebanggan tersendiri bisa menulis kisah hidupku yang lain, setelah perjuangan ku selama 6 tahun menjadi seorang single parents, dan kali ini Allah memberikan rejekinya kembali kepadaku, untuk bisa kembali menjadi seorang istri. Dan lalu, ingatan ku memutar kembali bagaimana kami berkenalan. Kami kenal melalui wadah sebuah komunitas bernama Indonesia Single Parents (ISP). Sebuah komunitas yang aktif di dunia maya dan juga nyata. Terdiri dari para single parents dengan latar belakang yang berbeda. Singkat cerita, waktu awal melihat sosok suamiku dalam sebuah foto yang meliput event ISP, tidak pernah terlintas laki-laki itu akan menjadi suamiku. Aku, tidak tertarik, tidak jatuh hati, tidak simpati dan mencibir : oh, Cuma seperti ini laki-laki yang bernama Fariz. Jauh dari tipe idealku untuk sosok seorang laki-laki Waktu berganti, hari berlalu, menit berjalan, detik berubah. Aku di invite oleh seseorang teman di dalam BBG dari ISP, ternyata di situ ada Fariz. Aku, tidak akan memulai perkenalan dengan seseorang laki-laki. Kalau laki-laki itu berniat berkenalan maka dia yang akan menghampiri ku. Dan itu terjadi, suatu hari Fariz meng-add PIN-ku dan mulailah kami berkirim BBM. Alasan Fariz mengadd PIN BB-ku saat itu adalah karena talenta yang Allah berikan kepada ku, sehingga aku diberikan gift untuk membaca pikiran seseorang dan apa yang dia rasakan, serta masa lalu orang itu. Awalnya hanya berisikan curhat Fariz mengenai kondisi rumah tangganya saat itu yang diambang perceraian. Seperti layaknya seorang teman, aku memberikan supportku kepada Fariz untuk bertahan dan mempertahankan rumah tangganya. Dari sering BBM menjadi sering telp. 22 Januari 2013, kami bertemu pertama kali. Dan di pertemuan itu pun, aku masih tidak mengira bahwa kami akan menjadi semakin dekat. Di susul pertemuan berikutnya tanggal 26 Januari, lalu di bulan Febuari. Fariz semakin mendekat kepadaku. Hingga suatu saat.. “ gw menyerah ra, semua saran yang lo kasih sudah gw ikutin, tapi istri gw tetep kekeuh cerai. Gw akhirnya mengiyakan. Dan karena lo sudah tau siapa gw, sudah tau gw seperti apa, kenapa ga lo ajah yang sama gw. Tunggu gw selesaiin ini semua” “hah? Gw? Kok gw, kenapa gw? “ya atau tidak ra” ? “hah?” “tunggu gw” Dan Fariz membuktikan ucapannya. Dia menyelesaikan semua urusan perceraiannya. Sementara di sisi lain, kami semakin dekat. Tidak ada 1 hari terlewat tanpa bertukar kabar. Hingga kedua orangtua-ku mempertanyakan arah hubungan kami. July 2013, Fariz resmi memintaku kepada kedua orangtuaku. Menghadap Papa mama seorang diri, karena kedua orang tua Fariz sudah meninggal. Papa mama meminta pernikahan di percepat demi kenyamanan semua pihak. Fariz mengamini. Augustus 2013, saat kami liburan ke Jogja, Fariz juga ikut bersama. Saat itu semakin mendekatkan kami. Hingga akhirnya sepulang dari Jogja, kami menentukan tanggal 2 November 2013 sebagai hari pernikahan kami. 2 November 2013. Semua kami kerjakan sendiri, dengan biaya seadanya dan hanya mengundang saudara-saudara dekat dan beberapa orang kerabat dekat, kami menikah secara resmi, bertempat di Pendopo Kemang, di hadapan penghulu, dengan papaku yang kembali menjadi wali nikahku ,akhirnya kami resmi menjadi suami-istri. Acara sungkeman mengharu biru. Aku di dampingi papa-mamaku dan suamiku didampingi bude-pakdenya. Sungkem kami kepada kedua orang tua kami, memohon doa restu agar rumah tangga kami kali ini mendapat ridhoNYA dan di jadikan rumah tangga yang sakinah mawadah dan warohmah. Niat kami tulus menikah untuk ibadah. Dan kami berjanji akan bertahan hingga salah satu dari kami mengucap Inalillahi untuk yang lain. Semoga kali ini Allah menjaga rumah tangga kami penuh berkah, rahmat dan hidayahNYA dan menjadikan rumah tangga kami, Sakinah Mawadah dan Warohmah, selamanya. Aamiin.

No comments:

Post a Comment